Think Smart, Write Smarter!
Penggunaan teknologi internet yang semakin menjamur di kalangan
masyarakat, seolah-olah telah menjadi aktivitas wajib yang tak boleh luput dari
setiap pasang mata makhluk sosial. Pembuat situs-situs terkenal yang biasa di
jelajahi pun tak memberikan target pengguna yang spesifik untuk hasil
eksperimentasinya, mulai dari masyarakat kalangan sosial atas, sampai dengan
menengah ke bawah pun turut merasakan kecanggihan atas teknologi internet yang
disuguhkan dengan bebas. Dukungan gadget dan provider yang kian
hebat juga mendampingi aktivitas remaja hingga dewasa dalam sekedar ber-chatting
ria dengan kawan, browsing, gaming, serta mem-posting
tulisan hasil kreativitas tangan kita sendiri ke dalam situs-situs jejaring
sosial.
Dari deretan kegiatan yang bersangkutan dengan internet, memang
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hal-hal tersebut memanglah hal yang mengasyikkan
untuk tidak kita lewati. Bagaimana mungkin kita bisa melewatkan deretan
komentar yang tampil di timeline kita saat sedang online facebook,
melihat-lihat TTWW (Trending Topics World Wide) yang menjadi fasilitas
di twitter, atau sekedar meluapkan cerita emosi yang sudah sampai di
ubun-ubun kita di dalam blog? Tentu tidak! Justru yang menjadi
fungsi-fungsi dari jejaring sosial tersebut untuk menghubungkan jutaan manusia
di dalam satu tempat secara virtual, dan menjadi media komunikatif dalam
sosialisasi. Eeets’ tapi tunggu dulu, dalam penggunaannya serta
pemanfaatannya, setiap hal pasti memiliki tata cara kan? Begitu pula dengan
internet, dan ini wajib diperhatikan lho. Jejaring sosial juga memiliki
aturan main yang harus kita taati dan kita simak secara cermat, jangan sampai
kita masuk ke dalam lubang pusaran badai saat sedang asyik menulis dan
berbalas komentar deh….
Kalian pasti sudah pernah mendengar beberapa kasus yang dibawa ke
meja hijau untuk diselesaikan kan? Padahal hanya karena beberapa baris kata yang
kita ketikan dalam jejaring sosial, wow we called this a power of
words! Hmm, apa sih yang ada di benak kalian saat pertama kali mendengar
kasus ini? Kaget? Itu sudah pasti, bagaimana bisa huruf-huruf kecil yang kita
rangkai dengan mudahnya menjadi sebuah boomerang dengan putaran dahsyat
untuk kita sendiri ya? Disini kita bisa pakai pernyataan “impossible is
nothing!” lho. Memang gak ada yang mustahil kok di dunia ini, apalagi kalau
hanya menjerat diri sendiri. Maka dari itu, semenjak mencuatnya beberapa kasus
ekstrem mengenai jejaring sosial, pemerintah Indonesia mulai menegakkan hukum
yang ada, dan mulai beredar kata-kata “Etika menulis di internet”. Pasti gak
mau dong jadi korban selanjutnya cuma karena nulis-nulis iseng di jejaring
sosial, padahal cuma berniat buat haha-hihi seru-seruan ya sama teman.
Satu hal yang wajib kamu ketahui mengenai etika menulis yang tepat
di internet nih, larangan ini gak bersifat menghentikan kamu kok dalam
berekspresi di dunia maya, gak membuat kamu jadi wajib menggunakan bahasa
Indonesia yang baku seperti di dalam buku sastra juga, atau malah meninggalkan
beberapa bahasa santai yang kita gunakan sehari-hari lho yaa…
Seperti yang kita udah ketahui nih tentang etika itu sendiri, atau panggilan
luar negerinya itu manner, adalah suatu tata cara yang berlaku dan
sesuai dengan budaya atau norma yang diterapkan. Berarti kalau etika menulis di
internet? Nah, artinya tata cara yang di sesuaikan dalam menulis di internet.
Jadi kalau menulis di internet harus punya langkah atau kiat khusus nihPada umumnya, orang-orang udah cukup paham sih tentang larangan menulis yang bersangkutan tentang SARA.
Tapi kalau misalnya ada yang belum tau, apa sih kepanjangan SARA itu sendiri?
Suku, Agama, RAS dan Aliran. Jadi, kita sudah pasti dilarang lho kalau menulis
yang berbau hal-hal perdebatan antar empat hal tersebut. Coba deh bayangin aja,
kalau misalnya Indonesia gak memiliki larangan tersebut? Paham banget pasti
kalau Negara kita ini kan terdiri dari kurang lebih 1000 suku berdasarkan
sensus terakhir tahun 2010, kalau antar suku bentrok satu sama lain karena
adanya provokasi? Bisa-bisa jadi lebih dahsyat daripada Perang Dunia 2. Gak mau
kan dibilang bangsa yang tidak memahami perbedaan?
Selain itu juga ada larangan untuk menggunakan
kata-kata kasar atau menyinggung perasaan seseorang. Terkadang emosi
memang tidak luput dari perintah-perintah yang kita berikan ke otak, sehingga
biasanya kita menjadi lepas kendali dalam berucap. Sebaiknya, mulai sekarang
lebih obyektif dalam memilih kata, dan lebih berfikir jutaan kali dalam
memproses kalimat, salah-salah ngomong bisa ketulah sama peribahasa “mulutmu
harimaumu” deh.
Kalau saran yang ketiga ini, hukumnya gak kalah wajib dari yang lain, tulisan bukanlah hasil plagiat. Masih jaman ya
jadi plagiator atau copy-cat? Kalau kalian memang meng-copy suatu
informasi secara mentah-mentah dan menyeluruh di situs-situs internet, atau
sekedar mengkutip beberapa informasinya, jangan malu dong buat mengkutip alamat
website nya juga, kan sambil menyelam minum air! Glukkk.
Sebenarnya tujuan dari menulis itu sendiri apa sih? Pasti punya manfaat yang
ingin kita sebarkan dong ke para pembaca yang menikmati hasil kreativitas kita.
Bagaimana kalau dalam struktur penulisan kita, harus
memiliki tujuan untuk pembaca dan hal-hal yang kita tulis adalah hal yang BENAR
adanya. Pasti kita memiliki perasaan yang bahagia dan terbayarkan ya
saat tulisan tersebut di nikmati oleh pembaca dan mereka dapat menuai manfaat
positif dari karya yang ada, terlebih lagi hal yang kita posting itu
tidak HOAX alias palsu. Waduh, kasian yang baca dong kalau cuma dapet info yang
salah? Hehehe.
Dari beberapa tips yang sudah di jabarkan, kira-kira kita udah punya
gambarannya belum nih? Atau mulai bisa menerapkannya gak ya di kehidupan
sehari-hari? Tidak selalu saat posting tulisan di blog kok, saat kita
melakukan aktivitas tweeting, kita juga bisa menggunakan tips-tips ini,
kalau-kalau kalian takut lupa, ada baiknya di capture dan di jadikan wallpaper
untuk gadget kalian, sedia payung
sebelum hujan! Sedia bekal pengetahuan
sebelum salah-salah update! Happy posting! :D
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment